FROM ZERO TO HERO
Sikap 1
Saya akan memimpikan yang besar,
......karena saya tak menarik bagi siapa pun,
jika impian saya dikecilkan oleh kekhawatiran
yang juga menghantui orang lain.
Jika saya hanya menginginkan yang kecil,
saya tak mungkin bersemangat untuk terlibat
dalam pekerjaan yang menjadi jalan
menuju hasil yang besar.
Saya sedang memantaskan diri
bagi impian yang besar.
I am a hero in the making.
Sikap 2
Untuk mencapai kebesaran hidupku,
......aku akan menjadi pribadi yang meskipun.
Meskipun aku tak tahu,
aku akan memulai dan melakukannya.
Karena,
dalam melakukan itulah aku akan dibuat tahu.
Meskipun aku takut,
aku akan tetap maju menghadapinya.
Karena,
semua orang yang berani adalah orang yang
juga ketakutan, tapi tegas memberanikan diri.
Meskipun apa pun, aku bersama Tuhan.
Sikap 3
Aku akan berhenti berfokus pada kekuranganku,
......karena itu akan membuatku merasa iri dan tersiksa
dengan kelebihan orang lain.
Jika aku berfokus pada kelemahanku,
aku akan menyesali yang tak bisa kumiliki.
Jika aku mensyukuri yang dapat kulakukan dan
berfokus menjadikannya keuntungan bagi orang lain,
aku akan menjadi kuat dan gembira.
Aku akan berfokus pada yang menguatkanku.
Sikap 4
Kemiskinan bukanlah penyakit dan
......bukanlah keadaan yang permanen.
Orang miskin yang berhati orang kaya,
akan banyak mengeluh.
Tapi,
siapa pun dengan hati orang miskin,
akan berlaku rendah hati, penuh syukur,
dan ikhlas melakukan yang sekarang
bisa dilakukannya.
Kemiskinan adalah titik awal
yang paling mengikhlaskan.
Tuhan, indahkanlah upayaku
untuk menjadi jiwa yang ikhlas.
Sikap 5
Aku akan MENGURANGI berkata;
......
lebih baik miskin harta daripada miskin hati,
karena orang lain bisa merasa,
aku sedang menghibur diriku
yang sedang belajar menerima kelemahan hidup.
Lebih baik aku bekerja,
membuktikan bahwa yang kaya hati
juga bisa menjadi kaya harta.
Lebih baik aku berlatih merajinkan diri,
karena
Tuhan menyejahterakan
jiwa rendah hati yang gemar bekerja.
Sikap 6
Bersyukur itu TIDAK BERHENTI
...pada menerima apa adanya saja,
tapi terutama bekerja keras
untuk mengADAkan yang terbaik.Siapa yang melarangku
untuk menjadi orang kaya yang
besar dermanya bagi sesama,
atau orang hebat yang
membesarkan negeri?Aku tak boleh membatasi kebaikan
yang bisa kulakukan.Aku akan dijadikan sebaik-baik manusia,
jika aku bermanfaat bagi sesama dan alam.
SIKAP 7
Aku harus menginginkan sesuatu.
...
Siapa pun yang mencapai sesuatu yang bernilai,
selalu memulai dengan menginginkan sesuatu.
Aku harus mulai dengan keinginanku.
Jika hatiku belum ramah kepada keinginan besar,
aku akan mulai dengan keinginan kecil,
asal yang kulakukan untuk mencapainya
menuntunku menuju keinginan besarku.
Melalui keinginanku,
aku akan mecapai hakku untuk berhasil.
BY: GANASUS ARY ZIP
Jumat, 25 Februari 2011
Rabu, 23 Februari 2011
SEMUA ADA HIKMAHNYA
Cerita berikut ini sangat memberi inspirasi bagiku,sengaja aku kutip dari cerita Frank Slazak, seorang guru di Amerika. Cerita ini selalu mengingatkanku bahwa apapun yang aku alami, itu semua kehendak Allah. Baik atau buruk, asal kita bisa menerima dengan ikhlas, pasti semuanya demi kebaikan kita.
Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa.Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Akutidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot.Namun, sesuatu pun terjadilah.Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalahseorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan sura lamaran ke Washington . Setiap hari aku berlari kekotak pos.
Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadipadaku.Selama beberapa minggu berikutnya,perwujudan impianku semakin dekat saat NASAmengadakan test fisik dan mental. Begitu testselesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahuaku semakin dekat pada impianku. Beberapawaktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang,dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator,uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?. Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu.NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah.Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi.Rasa percaya diriku lenyap, dan amarahmenggantikan kebahagiaanku.Aku mempertanyakan semuanya. KenapaTuhan?. Kenapa bukan aku?. Bagian diriku yangmana yang kurang?. Mengapa aku diperlakukankejam?. Aku berpaling pada ayahku.Katanya, ”Semua terjadi karena suatu alasan.”Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersamateman-teman untuk melihat peluncuranChallanger. Saat pesawat itu melewati menaralandasan pacu, aku menantang impianku untukterakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apasaja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapabukan aku…?Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhanmenjawab semua pertanyaanku dan menghapussemua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang. Aku teringat kata-kata ayahku, ”Semua terjadi karena sua tualasan.
”Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu,walaupun aku sangat menginginkannya karenaTuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku dibumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidaksemua doaku dikabulkan.
Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
1. Apabila Tuhan mengatakan YA Maka kita akanmendapatkan apa yang kita minta
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK Maka kitaakan mendapatkan yang lebih baik
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU Maka kitaakan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengankehendak NYA
Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa.Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Akutidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot.Namun, sesuatu pun terjadilah.Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalahseorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan sura lamaran ke Washington . Setiap hari aku berlari kekotak pos.
Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadipadaku.Selama beberapa minggu berikutnya,perwujudan impianku semakin dekat saat NASAmengadakan test fisik dan mental. Begitu testselesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahuaku semakin dekat pada impianku. Beberapawaktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang,dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator,uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?. Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu.NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah.Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi.Rasa percaya diriku lenyap, dan amarahmenggantikan kebahagiaanku.Aku mempertanyakan semuanya. KenapaTuhan?. Kenapa bukan aku?. Bagian diriku yangmana yang kurang?. Mengapa aku diperlakukankejam?. Aku berpaling pada ayahku.Katanya, ”Semua terjadi karena suatu alasan.”Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersamateman-teman untuk melihat peluncuranChallanger. Saat pesawat itu melewati menaralandasan pacu, aku menantang impianku untukterakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apasaja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapabukan aku…?Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhanmenjawab semua pertanyaanku dan menghapussemua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang. Aku teringat kata-kata ayahku, ”Semua terjadi karena sua tualasan.
”Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu,walaupun aku sangat menginginkannya karenaTuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku dibumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidaksemua doaku dikabulkan.
Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
1. Apabila Tuhan mengatakan YA Maka kita akanmendapatkan apa yang kita minta
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK Maka kitaakan mendapatkan yang lebih baik
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU Maka kitaakan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengankehendak NYA
AIR MENDIDIH
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang.Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur.Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya diatas api. Setelah air di panci-panci tersebutmendidih. Ia menaruh wortel di dalam pancipertama, telur di panci kedua dan ia menaruhkopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata.
Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi” jawab sianak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnyamemintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini,Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama,perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkangtipisnya melindungi isinya yang berupa cairan.Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik.Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yangmana?,” tanya ayahnya.
“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya?
Apakah kamu wortel, telur atau kopi ?
”Bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu adalahwortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis,namun setelah adanya kematian, patah hati,perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa danhati yang kaku?Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan disekitarmu juga membaik.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur.Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya diatas api. Setelah air di panci-panci tersebutmendidih. Ia menaruh wortel di dalam pancipertama, telur di panci kedua dan ia menaruhkopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata.
Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi” jawab sianak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnyamemintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini,Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama,perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkangtipisnya melindungi isinya yang berupa cairan.Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik.Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yangmana?,” tanya ayahnya.
“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya?
Apakah kamu wortel, telur atau kopi ?
”Bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu adalahwortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis,namun setelah adanya kematian, patah hati,perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa danhati yang kaku?Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan disekitarmu juga membaik.
Selasa, 15 Februari 2011
SEGELAS AIR MEMBUATNYA JADI MENTERI
Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas. Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: "Hei, kamu tidak boleh minum
air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur" Suara itu berasal dari mulut seorangi insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajemen Amerika.
Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya:
Kenapa ini terjadi padaku?
Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku?
Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur ?
Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum?
Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?
Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi
momentum baginya untuk membangkitkan"DENDAM POSITIF" Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA. Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur. Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja?.
Tidak, karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnyamenyusul yang lain. Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuahjabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.
Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya. Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; "Akuingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: "Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu.Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini. " Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampai di sini? Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Tahukan Anda apa perusahaan yangdipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company)perusahaan minyak terbesar di dunia.
Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.
Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.
Itulah kekuatan"DENDAM POSITIF" Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita. Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya. Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat "Dendam Positif."
Sumber : http:// www.iswandibanna.com/2011/02/berawal-dari- segelas-air-mengubahnya.html
air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur" Suara itu berasal dari mulut seorangi insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajemen Amerika.
Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya:
Kenapa ini terjadi padaku?
Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku?
Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur ?
Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum?
Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?
Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi
momentum baginya untuk membangkitkan"DENDAM POSITIF" Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA. Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur. Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja?.
Tidak, karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnyamenyusul yang lain. Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuahjabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.
Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya. Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; "Akuingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: "Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu.Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini. " Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampai di sini? Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Tahukan Anda apa perusahaan yangdipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company)perusahaan minyak terbesar di dunia.
Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.
Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.
Itulah kekuatan"DENDAM POSITIF" Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita. Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya. Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat "Dendam Positif."
Sumber : http:// www.iswandibanna.com/2011/02/berawal-dari- segelas-air-mengubahnya.html
Senin, 14 Februari 2011
Sepasang Sepatu Sports
Menjadi “sama dan serupa” dengan remaja lain merupakan keinginan dari semua remaja.
Saya ingat benar bagaimana sebagai seorang remaja dalam tahun 1963 saya merasa harus memiliki sepasang sepatu sport mutakhir yang sedang “in”.
Persoalannya, bulan lalu saya baru saja membeli sepasang sepatu kulit. Tapi, sepatu sport benar benar sedang mode, oleh sebab itu saya datang kepada ayah minta bantuannya.
“Saya perlu sedikit uang untuk sepatu sport”, ujar saya suatu petang di bengkel di mana ayah saya bekerja sebagai montir.
“Willie” ayah kelihatannya terkejut.
“Sepatumu baru berumur satu bulan, tapi Mengapa kini kau perlukan sepatu baru?”
“Setiap orang memakai sepatu sport yah!”
“Sangat boleh jadi nak, Namun hal tersebut tidak menjadikan ayah mudah membayar sepatu sport ”
Gaji ayah kecil dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. “Ayah, saya tampak seperti bloon memakai sepatu jenis ini ” kataku sambil menunjuk kepada sepasang sepatu oxford baru.
Ayah memandang dalam dalam ke mataku. Kemudian ia menjawab, “Begini saja, Kau pakai sepatu ini satu hari lagi.Besok, di sekolah, perhatikan semua sepatu dari kawan-kawanmu. Bila seusai sekolah kau masih berkeyakinan bahwa sepatumu paling butut dibandingkan sepatu kawan kawanmu, ayah akan memotong uang belanja ibumu dan membelikanmu sepasang sepatu sports”
Dengan gembira saya pergi ke sekolah, keesokan paginya, penuh keyakinan bahwa hari itu merupakan hari terakhir bagiku mamakai sepatu oxford yang ketinggalan jaman ini. Saya lakukan apa yang ayah perintahkan saya lakukan, namun tidak, saya ceritakan apa yang saya lihat secara teliti. Sepatu coklat, sepatu hitam, sepatu tennis yang sudah kusam, semua menjadi pusat perhatianku.
Pada petang hari, saya memiliki perbendaharaan dalam ingatanku betapa banyaknya teman teman di sekolah yang juga memakai sepatu bukan sport, bahkan sepatu - sepatu rusak, berlobang, menganga dan lain lain bentuk yang sudah mendekati kepunahan sebagai alat pelindung kaki.
Namun banyak juga yang memakai sepatu sport yang gagah, yang senantiasa berdetak detik penuh gaya bila si pemiliknya menghentakkannya dengan gagah perkasa.
Setelah sekolah usai, saya berjalan cepat ke bengkel di mana ayah bekerja. Saya hampir yakin bahwa Senin depan saya juga akan masuk kelompok yang sedang “in”
Setiap saya menghentakkan tumit saya di jalan, saya membayangkan telah memakai sepatu sport idaman saya.
Bengkel sepi sekali saat itu. Suara yang terdengar hanya denting-denting metal dari kolong sebuah chevy tua buatan tahun 1956. Udara berbau oli, namun pada hemat penciuman saya, asyik sekali.
Hanya seorang langganan sedang menunggu ayah yang sedang bergulat di kolong chevy tua itu.
“Pak Alva” tanya saya kepada langganan yang sedang menunggu, “masih lamakah?”
“Entah Will. Kau tahu sifat ayahmu. Ia sedang membongkar persneling, namun bila ia mendapatkan adanya bagian lain yang tidak beres, ia akan menyelesaikannya juga.”
Saya bersandar pada mobil abu abu itu. Apa yang bisa saya lihat hanyalah sepasang kaki ayah yang menjulur keluar dari kolong mobil. Sambil menjentik jentik lampu belakang chevy, secara tidak sadar saya menatap kepada kaki ayah. Celana kerjanya berwarna biru tua, kusam dan lengket terkena oli, lusuh pula.
Sepatunya, berwarna putih tua…. ah ….bukan hitam muda……, dan sungguh sungguh butut, sebagaimana mestinya sepatu seorang montir.
Sepatu kirinya sudah tidak bersol, dan bagian kanan masih memiliki sepotong kecil kulit tipis, yang dahulu bernama sol. Di ujungnya, sebaris staples menggigit kedua belah kulit kencang kencang, mencegah jempol kakinya mengintip keluar. Tali sepatunya beriap riap, dan sebuah lubang memperlihatkan sebagian dari jari kelingkingnya yang terbalut kaus katun.
“Sudah pulang nak? “ayah keluar dari kolong mobil.
“Yes sir” kataku.
“Kau lakukan apa yang kuperintahkan hari ini?”
“Yes sir”
“Nah, apa jawabmu ?” la memandangku, seolah olah tahu apa yang akan saya ucapkan.
“Saya tetap ingin sepatu sport ” Saya berkata tegas, dan berusaha setengah mati untuk tidak memandang kepada sepatu ayah. “Kalau begitu, ayah harus potong uang belanja ibumu…..”
“Mengapa tidak pergi dan membelinya sekarang?” lalu ayah mengeluarkan selembar $ 10. dan memancing uang receh untuk mencari 30 sen guna membayar 3% pajak penjualannya.
Saya menerima uang itu dan segera berangkat ke pusat pertokoan, dua blok dari bengkel di mana ayah bekerja.
Di depan sebuah etalase, saya berhenti untuk melihat apakah sepatu sportku masih dipajang disana. Ternyata masih! $9.95. Namun uang saya tidak akan cukup bila saya harus membeli paku paku yang akan dipakukan pada solnya dan menimbulkan suara klak klik yang gagah.
Saya pikir, untuk lari ke rumah dan minta bantuan dana dari mama, sebab tidak mungkin kembali kepada ayah dan minta kekurangannya. Pada saat saya teringat kepada ayah, sepatu tuanya tampak membayang melintasi kedua mataku. Jelas tampak kebututannya, sisinya yang compang camping, paku paku yang telah mengintip keluar dan sebaris staples yang umumnya dipakai untuk menjepit kertas.
Sepatu kulit usang yang dipakainya untuk menghidupi keluarganya. Pada waktu musim dingin yang menggigit, sepatu yang sama dipakainya melintasi jalan jalan yang dingin, menuju kepada mobil mobil yang mogok.
Namun ayah tidak pernah mengeluh. Terpikir olehku, betapa banyaknya benda benda yang seharusnya dibutuhkan ayah, namun tidak dimilikinya, semata mata agar saya mendapatkan apa yang saya ingini.
Dan kementerengan sepatu sport yang ada di balik kaca etelase di hadapanku mulai memudar. Apa jadinya bila ayah bersikap sepertiku. Sepatu jenis apa yang saat ini kupakai, bila ayahku bersikap seperti saya
bersikap. Saya masuk ke dalam toko sepatu itu. Sebuah rak besar terpampang megah, penuh berisikan sepatu sport yang sungguh keren. Di sampingnya, terdapat sebuah rak lain, dengan sebingkai tulisan “obral besar. 50% discount”. Dibawah bingkai itu tergeletak sepatu sepatu semodel sepatu ayah, beberapa generasi lebih muda, tentunya. Otakku bermain ping pong. Mula mula sepatu ayah yang butut. Dan sekarang sepatu baru. Pikiran tentang: menjadi “in” dan seirama dengan remaja lain di sekolah.
Dan kemudian pikiran tentang ayah,…. telah mengalahkannya. Saya mengambil sepatu ukuran 42 dari rak yang berdiscount. Dengan segera berjalan ke arah meja kasir, ditambah pajak, jadilah bilangan $ 6.13. Saya kembali ke bengkel dan meletakkan sepatu baru ayah di atas kursi di mobilnya. Saya mendapatkan ayah dan mengembalikan uang kembalian yang masih tersisa. “Saya pikir harganya $ 9.95? kata ayah. “Obral” kataku pendek. Saya mengambil sapu, dan mulai membantu ayah membersihkan bengkel. Pukul lima sore, ia memberi tanda bahwa bengkel harus ditutup dan kami harus pulang. Ayah mengangkat kotak sepatu ketika kami masuk ke dalam mobilnya.
Ketika ia membuka kotak itu, ia hanya dapat memandang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia memandang kepada sepatu itu lama-lama, kemudian kepadaku. “Saya pikir kau membeli sepatu sport”, katanya pelan. “Sebetulnya ayah, … tapi …. Saya tak sanggup meneruskannya.
Bagaimana saya harus menjelaskannya bahwa saya sungguh ingin menjadi seperti ayah? Dan bila saya tumbuh menjadi dewasa, saya sungguh ingin menjadi seperti orang baik ini, yang Tuhan berikan kepada saya sebagai ayah saya. Ayah meletakkan tangannya pada bahu saya, dan kami saling memandang untuk waktu sesaat.
Tidak ada kata kata yang perlu dikatakan. Ayah menstarter mobil, dan kami pulang.Terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberiku seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab.
Saya ingat benar bagaimana sebagai seorang remaja dalam tahun 1963 saya merasa harus memiliki sepasang sepatu sport mutakhir yang sedang “in”.
Persoalannya, bulan lalu saya baru saja membeli sepasang sepatu kulit. Tapi, sepatu sport benar benar sedang mode, oleh sebab itu saya datang kepada ayah minta bantuannya.
“Saya perlu sedikit uang untuk sepatu sport”, ujar saya suatu petang di bengkel di mana ayah saya bekerja sebagai montir.
“Willie” ayah kelihatannya terkejut.
“Sepatumu baru berumur satu bulan, tapi Mengapa kini kau perlukan sepatu baru?”
“Setiap orang memakai sepatu sport yah!”
“Sangat boleh jadi nak, Namun hal tersebut tidak menjadikan ayah mudah membayar sepatu sport ”
Gaji ayah kecil dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. “Ayah, saya tampak seperti bloon memakai sepatu jenis ini ” kataku sambil menunjuk kepada sepasang sepatu oxford baru.
Ayah memandang dalam dalam ke mataku. Kemudian ia menjawab, “Begini saja, Kau pakai sepatu ini satu hari lagi.Besok, di sekolah, perhatikan semua sepatu dari kawan-kawanmu. Bila seusai sekolah kau masih berkeyakinan bahwa sepatumu paling butut dibandingkan sepatu kawan kawanmu, ayah akan memotong uang belanja ibumu dan membelikanmu sepasang sepatu sports”
Dengan gembira saya pergi ke sekolah, keesokan paginya, penuh keyakinan bahwa hari itu merupakan hari terakhir bagiku mamakai sepatu oxford yang ketinggalan jaman ini. Saya lakukan apa yang ayah perintahkan saya lakukan, namun tidak, saya ceritakan apa yang saya lihat secara teliti. Sepatu coklat, sepatu hitam, sepatu tennis yang sudah kusam, semua menjadi pusat perhatianku.
Pada petang hari, saya memiliki perbendaharaan dalam ingatanku betapa banyaknya teman teman di sekolah yang juga memakai sepatu bukan sport, bahkan sepatu - sepatu rusak, berlobang, menganga dan lain lain bentuk yang sudah mendekati kepunahan sebagai alat pelindung kaki.
Namun banyak juga yang memakai sepatu sport yang gagah, yang senantiasa berdetak detik penuh gaya bila si pemiliknya menghentakkannya dengan gagah perkasa.
Setelah sekolah usai, saya berjalan cepat ke bengkel di mana ayah bekerja. Saya hampir yakin bahwa Senin depan saya juga akan masuk kelompok yang sedang “in”
Setiap saya menghentakkan tumit saya di jalan, saya membayangkan telah memakai sepatu sport idaman saya.
Bengkel sepi sekali saat itu. Suara yang terdengar hanya denting-denting metal dari kolong sebuah chevy tua buatan tahun 1956. Udara berbau oli, namun pada hemat penciuman saya, asyik sekali.
Hanya seorang langganan sedang menunggu ayah yang sedang bergulat di kolong chevy tua itu.
“Pak Alva” tanya saya kepada langganan yang sedang menunggu, “masih lamakah?”
“Entah Will. Kau tahu sifat ayahmu. Ia sedang membongkar persneling, namun bila ia mendapatkan adanya bagian lain yang tidak beres, ia akan menyelesaikannya juga.”
Saya bersandar pada mobil abu abu itu. Apa yang bisa saya lihat hanyalah sepasang kaki ayah yang menjulur keluar dari kolong mobil. Sambil menjentik jentik lampu belakang chevy, secara tidak sadar saya menatap kepada kaki ayah. Celana kerjanya berwarna biru tua, kusam dan lengket terkena oli, lusuh pula.
Sepatunya, berwarna putih tua…. ah ….bukan hitam muda……, dan sungguh sungguh butut, sebagaimana mestinya sepatu seorang montir.
Sepatu kirinya sudah tidak bersol, dan bagian kanan masih memiliki sepotong kecil kulit tipis, yang dahulu bernama sol. Di ujungnya, sebaris staples menggigit kedua belah kulit kencang kencang, mencegah jempol kakinya mengintip keluar. Tali sepatunya beriap riap, dan sebuah lubang memperlihatkan sebagian dari jari kelingkingnya yang terbalut kaus katun.
“Sudah pulang nak? “ayah keluar dari kolong mobil.
“Yes sir” kataku.
“Kau lakukan apa yang kuperintahkan hari ini?”
“Yes sir”
“Nah, apa jawabmu ?” la memandangku, seolah olah tahu apa yang akan saya ucapkan.
“Saya tetap ingin sepatu sport ” Saya berkata tegas, dan berusaha setengah mati untuk tidak memandang kepada sepatu ayah. “Kalau begitu, ayah harus potong uang belanja ibumu…..”
“Mengapa tidak pergi dan membelinya sekarang?” lalu ayah mengeluarkan selembar $ 10. dan memancing uang receh untuk mencari 30 sen guna membayar 3% pajak penjualannya.
Saya menerima uang itu dan segera berangkat ke pusat pertokoan, dua blok dari bengkel di mana ayah bekerja.
Di depan sebuah etalase, saya berhenti untuk melihat apakah sepatu sportku masih dipajang disana. Ternyata masih! $9.95. Namun uang saya tidak akan cukup bila saya harus membeli paku paku yang akan dipakukan pada solnya dan menimbulkan suara klak klik yang gagah.
Saya pikir, untuk lari ke rumah dan minta bantuan dana dari mama, sebab tidak mungkin kembali kepada ayah dan minta kekurangannya. Pada saat saya teringat kepada ayah, sepatu tuanya tampak membayang melintasi kedua mataku. Jelas tampak kebututannya, sisinya yang compang camping, paku paku yang telah mengintip keluar dan sebaris staples yang umumnya dipakai untuk menjepit kertas.
Sepatu kulit usang yang dipakainya untuk menghidupi keluarganya. Pada waktu musim dingin yang menggigit, sepatu yang sama dipakainya melintasi jalan jalan yang dingin, menuju kepada mobil mobil yang mogok.
Namun ayah tidak pernah mengeluh. Terpikir olehku, betapa banyaknya benda benda yang seharusnya dibutuhkan ayah, namun tidak dimilikinya, semata mata agar saya mendapatkan apa yang saya ingini.
Dan kementerengan sepatu sport yang ada di balik kaca etelase di hadapanku mulai memudar. Apa jadinya bila ayah bersikap sepertiku. Sepatu jenis apa yang saat ini kupakai, bila ayahku bersikap seperti saya
bersikap. Saya masuk ke dalam toko sepatu itu. Sebuah rak besar terpampang megah, penuh berisikan sepatu sport yang sungguh keren. Di sampingnya, terdapat sebuah rak lain, dengan sebingkai tulisan “obral besar. 50% discount”. Dibawah bingkai itu tergeletak sepatu sepatu semodel sepatu ayah, beberapa generasi lebih muda, tentunya. Otakku bermain ping pong. Mula mula sepatu ayah yang butut. Dan sekarang sepatu baru. Pikiran tentang: menjadi “in” dan seirama dengan remaja lain di sekolah.
Dan kemudian pikiran tentang ayah,…. telah mengalahkannya. Saya mengambil sepatu ukuran 42 dari rak yang berdiscount. Dengan segera berjalan ke arah meja kasir, ditambah pajak, jadilah bilangan $ 6.13. Saya kembali ke bengkel dan meletakkan sepatu baru ayah di atas kursi di mobilnya. Saya mendapatkan ayah dan mengembalikan uang kembalian yang masih tersisa. “Saya pikir harganya $ 9.95? kata ayah. “Obral” kataku pendek. Saya mengambil sapu, dan mulai membantu ayah membersihkan bengkel. Pukul lima sore, ia memberi tanda bahwa bengkel harus ditutup dan kami harus pulang. Ayah mengangkat kotak sepatu ketika kami masuk ke dalam mobilnya.
Ketika ia membuka kotak itu, ia hanya dapat memandang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia memandang kepada sepatu itu lama-lama, kemudian kepadaku. “Saya pikir kau membeli sepatu sport”, katanya pelan. “Sebetulnya ayah, … tapi …. Saya tak sanggup meneruskannya.
Bagaimana saya harus menjelaskannya bahwa saya sungguh ingin menjadi seperti ayah? Dan bila saya tumbuh menjadi dewasa, saya sungguh ingin menjadi seperti orang baik ini, yang Tuhan berikan kepada saya sebagai ayah saya. Ayah meletakkan tangannya pada bahu saya, dan kami saling memandang untuk waktu sesaat.
Tidak ada kata kata yang perlu dikatakan. Ayah menstarter mobil, dan kami pulang.Terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberiku seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab.
Jumat, 04 Februari 2011
RESIKO PRIA SUKSES
Seorang Suami (S) dan Gadis cantik (G): Mereka
kenal di sebuah kantin komplex perkantoran.
Setelah bertukar pin bb, esoknya si gadis mulai
bbm.
G: Mas hebat ya… Punya usaha sendiri, sukses
pula.
S: Terima kasih ya
Esoknya, G menelpon S, sekedar say hallo,
G: Kapan ya mas, kita makan bareng lagi?
S: Oke kapan saja boleh.
Setelah itu mereka masih sering berhubungan
melalui BBM n telepon, sesekali juga janjian pergi
makan siang bersama.
Hari-hari berlalu, tiada hari tanpa kontak antara
mereka. Sampai suatu hari, si gadis BBM, isinya
adalah :”Mas… Sebenarnya aku mencintaimu, aku
tau kamu udah punya keluarga, tapi aku mau
menerima kondisi sebagai isteri kedua, aku siap
mas… dan maaf aku mengganggu
perasaanmu…”
Dengan berat hati S menjawab: Dik, aku mengerti
dan paham maksudmu… Tetapi dengan berat hati
aku harus jawab tidak! Aku tau kamu memang
cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti
mengatakan tubuh dan parasmu elok dan cantik.
Tapi… taukah kamu kenapa aku bisa tampil baik
dan sukses usahaku…, itu semua karena
dorongan dan semangat istriku… Sungguh
sangat berdosa kalau aku harus berselingkuh
dengan seseorang yang hanya mengagumiku,
karena tau kalo aku sekarang udah sukses.
Kamu menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya
melihat tampilanku semata… padahal ada orang-
orang kesayangan di rumah yang telah bersusah
payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik
mungkin, mereka adalah isteri dan anak-anakku
tercinta. Kalau kamu menyukai aku, artinya kamu
tinggal memetik hasilnya, dan cara ini tidak
pernah abadi.
Taukah kamu bahwa aku memulai ini dari nol dan
isteri serta anak-anakku yang selalu
mendampingiku dikala susah, terpuruk dan
sukses seperti ini? Taukah kamu bahwa isteriku
yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku
bisa menjadi seperti ini? Kamu memang cantik,
tapi hati isteri dan anak-anakku lebih cantik…
Terima kasih, walau bagaimanapun kamu telah
mengagumiku.
kenal di sebuah kantin komplex perkantoran.
Setelah bertukar pin bb, esoknya si gadis mulai
bbm.
G: Mas hebat ya… Punya usaha sendiri, sukses
pula.
S: Terima kasih ya
Esoknya, G menelpon S, sekedar say hallo,
G: Kapan ya mas, kita makan bareng lagi?
S: Oke kapan saja boleh.
Setelah itu mereka masih sering berhubungan
melalui BBM n telepon, sesekali juga janjian pergi
makan siang bersama.
Hari-hari berlalu, tiada hari tanpa kontak antara
mereka. Sampai suatu hari, si gadis BBM, isinya
adalah :”Mas… Sebenarnya aku mencintaimu, aku
tau kamu udah punya keluarga, tapi aku mau
menerima kondisi sebagai isteri kedua, aku siap
mas… dan maaf aku mengganggu
perasaanmu…”
Dengan berat hati S menjawab: Dik, aku mengerti
dan paham maksudmu… Tetapi dengan berat hati
aku harus jawab tidak! Aku tau kamu memang
cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti
mengatakan tubuh dan parasmu elok dan cantik.
Tapi… taukah kamu kenapa aku bisa tampil baik
dan sukses usahaku…, itu semua karena
dorongan dan semangat istriku… Sungguh
sangat berdosa kalau aku harus berselingkuh
dengan seseorang yang hanya mengagumiku,
karena tau kalo aku sekarang udah sukses.
Kamu menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya
melihat tampilanku semata… padahal ada orang-
orang kesayangan di rumah yang telah bersusah
payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik
mungkin, mereka adalah isteri dan anak-anakku
tercinta. Kalau kamu menyukai aku, artinya kamu
tinggal memetik hasilnya, dan cara ini tidak
pernah abadi.
Taukah kamu bahwa aku memulai ini dari nol dan
isteri serta anak-anakku yang selalu
mendampingiku dikala susah, terpuruk dan
sukses seperti ini? Taukah kamu bahwa isteriku
yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku
bisa menjadi seperti ini? Kamu memang cantik,
tapi hati isteri dan anak-anakku lebih cantik…
Terima kasih, walau bagaimanapun kamu telah
mengagumiku.
Label: CERITA INSPIRASI
Rabu, 02 Februari 2011
MENGAPA WANITA MUDAH MENANGIS
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang
bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu
menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku
wanita".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya
tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu
memang tak akan pernah mengerti....". Kemudian
anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa
Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang
jelas". Sang ayah menjawab, "Semua wanita
memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu
jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi
remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita
menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi
dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa
wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan
menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku
membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan
bahunya, agar mampu menahan seluruh beban
dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus
cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala
bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita
kekuatan untuk dapat melahirkan dan
mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap
berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya
tetap bertahan, pantang menyerah saat semua
orang sudah putus asa. Kepada wanita, Kuberikan
kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih,
walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang
untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan
situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu
melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula
yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi
yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah
yang akan memberikan kenyamanan saat didekap
dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing
suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi
pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk
yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak
terkoyak. Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan
kemampuan untuk memberikan pengertian dan
menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang
tak pernah melukai istrinya.
Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan
menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada
suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi
dan saling menyayangi.
Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat
mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus
Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan
kapanpun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita,
walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata
kehidupan".
bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu
menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku
wanita".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya
tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu
memang tak akan pernah mengerti....". Kemudian
anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa
Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang
jelas". Sang ayah menjawab, "Semua wanita
memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu
jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi
remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita
menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi
dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa
wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan
menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku
membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan
bahunya, agar mampu menahan seluruh beban
dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus
cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala
bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita
kekuatan untuk dapat melahirkan dan
mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap
berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya
tetap bertahan, pantang menyerah saat semua
orang sudah putus asa. Kepada wanita, Kuberikan
kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih,
walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang
untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan
situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu
melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula
yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi
yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah
yang akan memberikan kenyamanan saat didekap
dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing
suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi
pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk
yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak
terkoyak. Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan
kemampuan untuk memberikan pengertian dan
menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang
tak pernah melukai istrinya.
Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan
menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada
suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi
dan saling menyayangi.
Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat
mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus
Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan
kapanpun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita,
walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata
kehidupan".
Rabu, 12 Januari 2011
Melihat Keberhasilan Orang Lain
Seringkali dalam hidup ini kita melakukan sebuah persaingan dengan seseorang dalam menggapai sebuah impian, misal persaingan dalam bisnis, persaingan dalam dunia kerja, persaingan dalam pelajaran, dan lain-lain, dalam melakukan persaingan pasti ada yang menang dan ada yang kalah, kita pasti akan sangat senang, jika kita berhasil, dan pasti kita akan sangat bangga dengan keberhasilan kita
Lalu, kita akan sedih dan melakukan hal-hal yang kurang menguntungkan diri kita sendiri jika kita kalah, Jika kita melihat orang lain berhasil, tak perlu sungkan untuk akui keberhasilannya. bersikaplah untuk hargai dan hormati apa yang telah mereka capai, mencoba menyadari dari dalam diri sendiri bahwa ini adalah waktu mereka berhasil, dari hasil kerja keras yang mereka lakukan, Nyatakan itu setulus hati. Terimalah dengan hati terbuka bahwa keberhasilan mereka adalah keberhasilan mereka atas hasil jerih payah upaya mereka.
Terkadang dalam diri kita ada perasaan yang kurang nyaman dengan keberhasilan lawan atau pesaing kita, atau keberhasilan dari orang lain, terkadang muncul sifat Iri hati, kecewa, dengki,biasanya mudah mengiringi hati kita. Kita terkadang merasa lebih berhak mendapatkan keberhasilan itu. walau sebenarnya dalam hati kecil kita mengakui bahwa mereka memang berhak atas apa yang mereka terima sekarang ini.
Meskipun kita tak berhasil meraihnya, namun temukan keberhasilan yang lebih besar dalam diri kita, yaitu kebesaran jiwa untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Ironisnya kita seringkali terjebak untuk melakukan tindakan yang tak semestinya yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri ketimbang belajar dari keberhasilan mereka, Yang patut kita lakukan adalah memahami dengan jiwa kita memang mereka berhak untuk berhasil, dan sebenarnya adalah suatu kesempatan bagi kita untuk belajar dari keberhasilan mereka, siapa tahu ketika giliran kita berhasil, maka keberhasilan yang akan kita capai, adalah suatu keberhasilan yang lebih besar.
Keberhasilan dan kegagalan tetapi kegagalan adalah sebuah feedback kesalahan dari tahap atau proses yang kita lakukan, oleh karena itu kita harus berusaha memperbaikinya, sedangkan keberhasilan adalah buah dari hasil usaha. Maka Cobalah kita menyikapi dengan bahagia keberhasilan atau kegagalan yang kita dan pesaing kita terima, ketika pesaing kita berhasil maka kita akan juga jadi pemenang ketika kita berbesar hati dan mengucapkan selamat atas keberhasilan yang berhasil di raihnya, Anda akan terlihat seperti orang yang kalah, ketika anda mendendam, membenci dari keberhasilan yang orang lain capai. dalam kesempatan ini saya ucapkan selamat dan sukses bagi sahabat yang sedang memperoleh sukses.
“Anda tidak bisa belajar bagaimana merealisasikan kesuksesan dari kegagalan, sebab hampir tidak ditemukan kesuksesan tanpa kegagalan”
“Tidak ada resep misterius untuk merealisasikan kesuksesan, sebab kesuksesan adalah hasil dari persiapan matang, kerja keras, dan kesediaan belajar kepada kesalahan”
Best Regard
Erwin Arianto,SE
Lalu, kita akan sedih dan melakukan hal-hal yang kurang menguntungkan diri kita sendiri jika kita kalah, Jika kita melihat orang lain berhasil, tak perlu sungkan untuk akui keberhasilannya. bersikaplah untuk hargai dan hormati apa yang telah mereka capai, mencoba menyadari dari dalam diri sendiri bahwa ini adalah waktu mereka berhasil, dari hasil kerja keras yang mereka lakukan, Nyatakan itu setulus hati. Terimalah dengan hati terbuka bahwa keberhasilan mereka adalah keberhasilan mereka atas hasil jerih payah upaya mereka.
Terkadang dalam diri kita ada perasaan yang kurang nyaman dengan keberhasilan lawan atau pesaing kita, atau keberhasilan dari orang lain, terkadang muncul sifat Iri hati, kecewa, dengki,biasanya mudah mengiringi hati kita. Kita terkadang merasa lebih berhak mendapatkan keberhasilan itu. walau sebenarnya dalam hati kecil kita mengakui bahwa mereka memang berhak atas apa yang mereka terima sekarang ini.
Meskipun kita tak berhasil meraihnya, namun temukan keberhasilan yang lebih besar dalam diri kita, yaitu kebesaran jiwa untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Ironisnya kita seringkali terjebak untuk melakukan tindakan yang tak semestinya yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri ketimbang belajar dari keberhasilan mereka, Yang patut kita lakukan adalah memahami dengan jiwa kita memang mereka berhak untuk berhasil, dan sebenarnya adalah suatu kesempatan bagi kita untuk belajar dari keberhasilan mereka, siapa tahu ketika giliran kita berhasil, maka keberhasilan yang akan kita capai, adalah suatu keberhasilan yang lebih besar.
Keberhasilan dan kegagalan tetapi kegagalan adalah sebuah feedback kesalahan dari tahap atau proses yang kita lakukan, oleh karena itu kita harus berusaha memperbaikinya, sedangkan keberhasilan adalah buah dari hasil usaha. Maka Cobalah kita menyikapi dengan bahagia keberhasilan atau kegagalan yang kita dan pesaing kita terima, ketika pesaing kita berhasil maka kita akan juga jadi pemenang ketika kita berbesar hati dan mengucapkan selamat atas keberhasilan yang berhasil di raihnya, Anda akan terlihat seperti orang yang kalah, ketika anda mendendam, membenci dari keberhasilan yang orang lain capai. dalam kesempatan ini saya ucapkan selamat dan sukses bagi sahabat yang sedang memperoleh sukses.
“Anda tidak bisa belajar bagaimana merealisasikan kesuksesan dari kegagalan, sebab hampir tidak ditemukan kesuksesan tanpa kegagalan”
“Tidak ada resep misterius untuk merealisasikan kesuksesan, sebab kesuksesan adalah hasil dari persiapan matang, kerja keras, dan kesediaan belajar kepada kesalahan”
Best Regard
Erwin Arianto,SE
Sabtu, 25 Desember 2010
Having lunch with GOD
Ada seorang anak yang rindu bertemu dengan Tuhannya. Ia menyadari bahwa perjalanan panjang diperlukan ke rumah Tuhan, karena itu dikemaslah tasnya dengan kue Twinkies dan satu pack root beer berisi 6 kaleng lalu memulaikan perjalanannya.
Ketika telah melampaui beberapa blok dari rumahnya, ia bertemu dengan seorang tua. Ia sedang duduk di taman dekat air memperhatikan burung burung. Sang anak duduk dekat dengannya lalu membuka tas. Ketika ia mengambil root beer (bir tidak beralkohol) untuk melepaskan dahaganya ia perhatikan bahwa orang tua itu kelihatan lapar sedang memandang padanya. Dengan segera ia menawarkan kue Twinkie kepada orang tua itu. Dengan gembira ia menerima dan memberikan senyum padanya.
Senyum itu luar biasa menarik sehingga anak ini senang untuk menikmatinya lagi. Itu sebabnya anak ini menawarkan lagi kepada orang tua itu sekaleng root beer. Sekali lagi, ia tersenyum kepadanya. Anak ini sangat gembira ! Sepanjang petang mereka duduk disana, makan dan tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata. Ketika malam turun, anak ini merasa lelah, ia berdiri untuk meninggalkan tempat itu, namun sebelum ia melangkahkan kakinya, ia berbalik dan lari ke orang tua itu dan memberikan sebuah pelukan. Orang tua itu memberikan senyumnya yang lebar.
Ketika anak ini membuka pintu rumahnya beberapa waktu kemudian, ibunya terkejut melihat kegembiraan memancar diwajah anaknya. Ia bertanya: Apa yang terjadi hari ini sehingga membuat kamu begitu senang? Sang anak menjawab: "Saya berkesempatan makan siang bersama Tuhan".
Dan sebelum ibu memberikan responsnya, anak ini menambahkan: " Ibu, Ibu tahu senyumnya, itulah senyum paling indah yang pernah saya lihat". Sementara itu, si orang tua, juga penuh dengan kegembiraan, pulang kerumahnya. Anaknya terpesona melihat kedamaian memancar diwajahnya dan bertanya: "Ayah, apa yang terjadi hari ini membuat kamu sangat bergembira? Ia menjawab: " Saya makan Kue Twinkies di taman bersama Tuhan". Dan sebelum anaknya merespon, ia menambahkan: "Kamu tahu, Dia lebih muda dari yang saya duga"
Renungan : Terlalu sering kita menganggap remeh kuasa dalam senyum, jamahan, kata kata yang baik, telinga yang mendengar, pemberian yang tulus atau perhatian perhatian kecil. Semua itu berpotensi membuat kehidupan seseorang menjadi istimewa atau bahkan merubah kehidupan seseorang..
mulai skrg latihan tersenyum shob...
Ketika telah melampaui beberapa blok dari rumahnya, ia bertemu dengan seorang tua. Ia sedang duduk di taman dekat air memperhatikan burung burung. Sang anak duduk dekat dengannya lalu membuka tas. Ketika ia mengambil root beer (bir tidak beralkohol) untuk melepaskan dahaganya ia perhatikan bahwa orang tua itu kelihatan lapar sedang memandang padanya. Dengan segera ia menawarkan kue Twinkie kepada orang tua itu. Dengan gembira ia menerima dan memberikan senyum padanya.
Senyum itu luar biasa menarik sehingga anak ini senang untuk menikmatinya lagi. Itu sebabnya anak ini menawarkan lagi kepada orang tua itu sekaleng root beer. Sekali lagi, ia tersenyum kepadanya. Anak ini sangat gembira ! Sepanjang petang mereka duduk disana, makan dan tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata. Ketika malam turun, anak ini merasa lelah, ia berdiri untuk meninggalkan tempat itu, namun sebelum ia melangkahkan kakinya, ia berbalik dan lari ke orang tua itu dan memberikan sebuah pelukan. Orang tua itu memberikan senyumnya yang lebar.
Ketika anak ini membuka pintu rumahnya beberapa waktu kemudian, ibunya terkejut melihat kegembiraan memancar diwajah anaknya. Ia bertanya: Apa yang terjadi hari ini sehingga membuat kamu begitu senang? Sang anak menjawab: "Saya berkesempatan makan siang bersama Tuhan".
Dan sebelum ibu memberikan responsnya, anak ini menambahkan: " Ibu, Ibu tahu senyumnya, itulah senyum paling indah yang pernah saya lihat". Sementara itu, si orang tua, juga penuh dengan kegembiraan, pulang kerumahnya. Anaknya terpesona melihat kedamaian memancar diwajahnya dan bertanya: "Ayah, apa yang terjadi hari ini membuat kamu sangat bergembira? Ia menjawab: " Saya makan Kue Twinkies di taman bersama Tuhan". Dan sebelum anaknya merespon, ia menambahkan: "Kamu tahu, Dia lebih muda dari yang saya duga"
Renungan : Terlalu sering kita menganggap remeh kuasa dalam senyum, jamahan, kata kata yang baik, telinga yang mendengar, pemberian yang tulus atau perhatian perhatian kecil. Semua itu berpotensi membuat kehidupan seseorang menjadi istimewa atau bahkan merubah kehidupan seseorang..
mulai skrg latihan tersenyum shob...
Rabu, 15 Desember 2010
Apoteker dan kebijakan nasehat
Seorang wanita baru pindah ke sebuah kota kecil.
Setelah berada di sana beberapa waktu,
ia mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia meminta pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.
Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu.
Pemilik apotek menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan
betapa senangnya ia melihat wanita itu berkenan datang kembali ke apoteknya,
dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota mereka.
Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan suaminya menguruskan berbagai hal
agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman.
Lalu, ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik.
Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek.
Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya.
Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”
“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka.
Saya harap anda tidak keberatan.
Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagum-kagum melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini.
Dan, anda merasa apoteknya adalah salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”
Sahabat, seperti inilah kita akan dihargai oleh orang lain.
Inilah gambaran tentang perilaku yang kita dapat dari perlakuan yang kita berikan pada orang lain.
Sebuah penghargaan, dan juga penghormatan, akan lebih baik, dari sekedar kritik yang tak beralasan.
Ini adalah sebuah cermin, tentang siapa kita,
tentang siapa sebenarnya berhak untuk mendapatkan harapan perbaikan.
Kritik yang disampaikan dengan cara yang keliru,
seringkali hanya menghancurkan harapan perbaikan.
Sedangkan sebuah apresiasi (penghargaan) selalu mendorong orang lain untuk melakukan lebih baik lagi.
Jadi, sahabat, sampaikanlah kritik dengan lebih bijak. Selamat mencoba.
Setelah berada di sana beberapa waktu,
ia mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia meminta pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.
Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu.
Pemilik apotek menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan
betapa senangnya ia melihat wanita itu berkenan datang kembali ke apoteknya,
dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota mereka.
Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan suaminya menguruskan berbagai hal
agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman.
Lalu, ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik.
Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek.
Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya.
Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”
“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka.
Saya harap anda tidak keberatan.
Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagum-kagum melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini.
Dan, anda merasa apoteknya adalah salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”
Sahabat, seperti inilah kita akan dihargai oleh orang lain.
Inilah gambaran tentang perilaku yang kita dapat dari perlakuan yang kita berikan pada orang lain.
Sebuah penghargaan, dan juga penghormatan, akan lebih baik, dari sekedar kritik yang tak beralasan.
Ini adalah sebuah cermin, tentang siapa kita,
tentang siapa sebenarnya berhak untuk mendapatkan harapan perbaikan.
Kritik yang disampaikan dengan cara yang keliru,
seringkali hanya menghancurkan harapan perbaikan.
Sedangkan sebuah apresiasi (penghargaan) selalu mendorong orang lain untuk melakukan lebih baik lagi.
Jadi, sahabat, sampaikanlah kritik dengan lebih bijak. Selamat mencoba.
Label: CERITA INSPIRASI
dr.Flemming dan Winston Churcill
Pada suatu hari seorang pemuda sedang berjalan di tengah hutan,
tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong.
Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang.
Semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok.
Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat tenaga memberikan pertolongannya.
Dengan susah payah pemuda yang terperosok itu dapat diselamatkan.
Pemuda yang pertama tadi memapah pemuda yang terperosok itu pulang ke rumahnya.
Ternyata si pemuda kedua ini anak orang kaya.
Rumahnya sangat bagus, besar dan mewah luar biasa.
Ayah pemuda ini sangat berterimakasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya
dan hendak memberikan uang, tetapi pemuda pertama tadi menolak pemberian tersebut.
Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan.
Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan.
Si pemuda pertama adalah seorang miskin sedangkan pemuda kedua adalah anak seorang bangsawan kaya raya.
Si pemuda miskin mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter,
namun ia tidak memiliki biaya untuk kuliah.
Kemudian ada seorang yang murah hati yang mau memberikan beasiswa untuknya sampai akhirnya meraih gelar dokter.
Orang ini tak lain adalah ayah pemuda yang ditolongnya tadi.
Tahukan anda nama pemuda miskin yang akhirnya menjadidokter ini?
Namanya Alexander Flemming,
yang kemudian menemukan obat penisilin.
Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang
ia terluka parah sehingga menyebabkan demam yang sangat tinggi karena infeksi.
Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi semacam itu.
Para dokter mendengar tentang penisilin penemuan dr.Flemming
dan mereka menyuntik dengan penisilin yang merupakan penemuan baru itu.
Apa yang terjadi kemudian? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda
dan si pemuda itu akhirnya sembuh!
Tahukan anda siapa nama pemuda pemuda itu?
Namanya adalah Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris yang termasyhur itu.
Dalam kisah ini kita dapat melihat hokum menabur dan menuai.
Flemming menabur kebaikan dan ia menuai kebaikan pula.
Cita-citanya terkabul untuk menjadi dokter.
Flemming menemukan penisilin yang akhirnya menolong jiwa Churcill.
Tidak sia-sia bukan beasiswa yang diberikan ayah Churcill?
tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong.
Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang.
Semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok.
Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat tenaga memberikan pertolongannya.
Dengan susah payah pemuda yang terperosok itu dapat diselamatkan.
Pemuda yang pertama tadi memapah pemuda yang terperosok itu pulang ke rumahnya.
Ternyata si pemuda kedua ini anak orang kaya.
Rumahnya sangat bagus, besar dan mewah luar biasa.
Ayah pemuda ini sangat berterimakasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya
dan hendak memberikan uang, tetapi pemuda pertama tadi menolak pemberian tersebut.
Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan.
Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan.
Si pemuda pertama adalah seorang miskin sedangkan pemuda kedua adalah anak seorang bangsawan kaya raya.
Si pemuda miskin mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter,
namun ia tidak memiliki biaya untuk kuliah.
Kemudian ada seorang yang murah hati yang mau memberikan beasiswa untuknya sampai akhirnya meraih gelar dokter.
Orang ini tak lain adalah ayah pemuda yang ditolongnya tadi.
Tahukan anda nama pemuda miskin yang akhirnya menjadidokter ini?
Namanya Alexander Flemming,
yang kemudian menemukan obat penisilin.
Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang
ia terluka parah sehingga menyebabkan demam yang sangat tinggi karena infeksi.
Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi semacam itu.
Para dokter mendengar tentang penisilin penemuan dr.Flemming
dan mereka menyuntik dengan penisilin yang merupakan penemuan baru itu.
Apa yang terjadi kemudian? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda
dan si pemuda itu akhirnya sembuh!
Tahukan anda siapa nama pemuda pemuda itu?
Namanya adalah Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris yang termasyhur itu.
Dalam kisah ini kita dapat melihat hokum menabur dan menuai.
Flemming menabur kebaikan dan ia menuai kebaikan pula.
Cita-citanya terkabul untuk menjadi dokter.
Flemming menemukan penisilin yang akhirnya menolong jiwa Churcill.
Tidak sia-sia bukan beasiswa yang diberikan ayah Churcill?
Label: CERITA INSPIRASI, TOKOH
cinta kakak adik
semangat pagi shob.. ini sebuah kisah mengharukan seorang kakak wanita dengan adik lelakinya,
semoga menginspirasi kita semua.
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,
Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya.
Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.
Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang,
hal memalukan apa lagi yang akan kamulakukan di masa mendatang? ...
Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami.
Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.
Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin.
Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku.
Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP,
ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.
Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas,
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.
" Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya;
kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering.
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.
" Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun,
dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,
aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku,
ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku.
Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.
Aku menyapu debu- debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,
"Aku tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu- kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,
"Saya melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah,
kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku.
Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu.
Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,
dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota.
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami,
tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,
ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.
Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius.
Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan.
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu.
Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya.
Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.
Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
shobat.. hal terpenting dalam hidup bukanlah harta, jabatan, tapi cinta kasih keluargalah yang utama.
karena berapapun harganya, tidak akan ada yang sanggup membayarnya.
semoga menginspirasi kita semua.
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,
Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya.
Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.
Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang,
hal memalukan apa lagi yang akan kamulakukan di masa mendatang? ...
Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami.
Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.
Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin.
Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku.
Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP,
ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.
Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas,
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.
" Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya;
kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering.
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.
" Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun,
dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,
aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku,
ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku.
Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.
Aku menyapu debu- debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,
"Aku tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu- kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,
"Saya melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah,
kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku.
Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu.
Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,
dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota.
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami,
tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,
ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.
Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius.
Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan.
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu.
Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya.
Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.
Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
shobat.. hal terpenting dalam hidup bukanlah harta, jabatan, tapi cinta kasih keluargalah yang utama.
karena berapapun harganya, tidak akan ada yang sanggup membayarnya.
Aktualiasi Diri
Richard dan Brain adalah lulusan sarjana strata satu, dari sebuah universitas ternama di kota mereka.
tahun lalu mereka baru saja menyelesaikan studinya.
Richard mahasiswa pintar, lulusan terbaik dengan indeks prestasi 3.87.
Brain pun juga demikian, dikarenakan aktiv di kegiatan mahasiswa dan sosial,
Brain dari sisi akademik tidak bisa mencapai sebagaimana Richard.
Brain menyelesaikan kuliahnya dengan index prestasi 3.75.
Sekarang mereka diterima di sebuah perusahaan , bergerak di bidang komunikasi.
Richard ditempatkan di departemen Marketing. Sementara Brain, dia ditempatkan di departemen Human Resource.
karena selama di universitas sering berkecimpung pada aktivitas kampus dan masyarakat.
Bulan pertama, kedua, dan ketiga, mereka bekerja dengan baik.
Richard dan Brain mulai memahami pekerjaan mereka, terkadang sempat timbul dibenak mereka
"ternyata teori yang diajarkan dikampus, tidak semuanya bisa diaplikasikan ".
Enam bulan pertama , selesailah masa uji coba.
Kedua pria ini mulai disibukkan pekerjaan-pekerjaan baru.
semakin hari, tugas yang mesti dikerjakan mereka semakin bertambah...
Setiap mendapat pekerjaan baru, Richard sering komplain kepada atasannya
" inikan bukan tugas saya ?" terkadang juga dia mengeluh " Masa saya harus mengerjakan tugas atasan?".
Sementara Brain, saat menperoleh tugas baru, dia menerima dan melaksanakan pekerjaan itu.
Bila ada pekerjaan yang seharus nya dilakukan oleh orang lain, ditimpakan kepadanya,
maka dia melakukannya penuh semangat dan semaksimal mungkin.
Bahkan terkadang, Brain meminta izin kepada atasanya untuk membantu menyelesaikan tugas bosnya.
"Aku hanya mendalami dan mengembangkan terus setiap KELEBIHAN yang kumiliki,
dan perlahan-lahan mengurangi KELEMAHAN yang aku punya" jawab Dani.
"Apa ? hanya itu ?" Tanya Irwan selanjutnya,
Danipun menjawab " Ya, aku hanya terus mengasah dan mempertajam KELEBIHANku,
dan terus menerus berusaha untuk memperbaiki KELEMAHANku".
Tiga tahun kemudian, perusahaan komunikasi tempat Richard dan Brain bekerja bertambah tumbuh dan berkembang.
Management memutuskan untuk memperluas bisnis.
Salah satu nya adalah dengan cara membuka kantor cabang baru.
Kantor cabang baru tentu membutuhkan seorang leader dan tenaga baru untuk penempatan disana.
Siapakah yang menduduki kepala cabang baru itu ? sudah pasti Brain.
Karena performanya dalam bekerja terus meningkat. Diapun dipromosikan sebagai Head Branch Office.
Saudara Power…Kadangkala dikehidupan ini kita pernah mendapatkan ujian,
menurut kita itu tidak pantas kita pikul. Atau terkadang kita berkata "Mengapa cobaan seberat ini dilimpahkan kepada ku ?".
Apakah itu dikantor, sekolah, atau dikehidupan sehari-hari.
Bukankah yang membedakan, antara seorang manager dengan karyawan biasa itu, pada wewenang dan tanggung jawab diembankan ?
Bagaimana bila anda mendapat jabatan sebagai Marketing Director, namun tugas tangungg jawab anda sama seperti manager junior.
Apakah anda bangga menduduki jabatan tersebut ?
Saudara, prestasi anda bukan dilihat dari seberapa besar hasil yang anda ciptakan.
Akan tetapi prestasi yang patut di banggakan adalah PENCAPAIN BERBEDA DARI KEMARIN.
Teruslah MENGAKTUALKAN DIRI anda,
galilah terus setiap KELEBIHAN, keahlian dan skill anda.
Carilah teman dekat anda, tanyakan kepadanya
" Apa KELEBIHAN yang aku miliki belum aku OPTIMALKAN ?"
tanyakan juga
" Apa KELEMAHAN yang aku punya, harus aku perbaharui ?"
dan berusahalah menemukan, bagaimana cara anda MENGAKTULISASIKAN DIRI ?
"Jika hari ini lebih baik dari kemarin, maka kita termasuk orang beruntung"
"Jika hari ini sama dengan hari kemarin , maka kita termasuk orang merugi" dan
" JIka hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka kita tergolong orang celaka"
www.trainer-tcc.blogspot.com
tahun lalu mereka baru saja menyelesaikan studinya.
Richard mahasiswa pintar, lulusan terbaik dengan indeks prestasi 3.87.
Brain pun juga demikian, dikarenakan aktiv di kegiatan mahasiswa dan sosial,
Brain dari sisi akademik tidak bisa mencapai sebagaimana Richard.
Brain menyelesaikan kuliahnya dengan index prestasi 3.75.
Sekarang mereka diterima di sebuah perusahaan , bergerak di bidang komunikasi.
Richard ditempatkan di departemen Marketing. Sementara Brain, dia ditempatkan di departemen Human Resource.
karena selama di universitas sering berkecimpung pada aktivitas kampus dan masyarakat.
Bulan pertama, kedua, dan ketiga, mereka bekerja dengan baik.
Richard dan Brain mulai memahami pekerjaan mereka, terkadang sempat timbul dibenak mereka
"ternyata teori yang diajarkan dikampus, tidak semuanya bisa diaplikasikan ".
Enam bulan pertama , selesailah masa uji coba.
Kedua pria ini mulai disibukkan pekerjaan-pekerjaan baru.
semakin hari, tugas yang mesti dikerjakan mereka semakin bertambah...
Setiap mendapat pekerjaan baru, Richard sering komplain kepada atasannya
" inikan bukan tugas saya ?" terkadang juga dia mengeluh " Masa saya harus mengerjakan tugas atasan?".
Sementara Brain, saat menperoleh tugas baru, dia menerima dan melaksanakan pekerjaan itu.
Bila ada pekerjaan yang seharus nya dilakukan oleh orang lain, ditimpakan kepadanya,
maka dia melakukannya penuh semangat dan semaksimal mungkin.
Bahkan terkadang, Brain meminta izin kepada atasanya untuk membantu menyelesaikan tugas bosnya.
"Aku hanya mendalami dan mengembangkan terus setiap KELEBIHAN yang kumiliki,
dan perlahan-lahan mengurangi KELEMAHAN yang aku punya" jawab Dani.
"Apa ? hanya itu ?" Tanya Irwan selanjutnya,
Danipun menjawab " Ya, aku hanya terus mengasah dan mempertajam KELEBIHANku,
dan terus menerus berusaha untuk memperbaiki KELEMAHANku".
Tiga tahun kemudian, perusahaan komunikasi tempat Richard dan Brain bekerja bertambah tumbuh dan berkembang.
Management memutuskan untuk memperluas bisnis.
Salah satu nya adalah dengan cara membuka kantor cabang baru.
Kantor cabang baru tentu membutuhkan seorang leader dan tenaga baru untuk penempatan disana.
Siapakah yang menduduki kepala cabang baru itu ? sudah pasti Brain.
Karena performanya dalam bekerja terus meningkat. Diapun dipromosikan sebagai Head Branch Office.
Saudara Power…Kadangkala dikehidupan ini kita pernah mendapatkan ujian,
menurut kita itu tidak pantas kita pikul. Atau terkadang kita berkata "Mengapa cobaan seberat ini dilimpahkan kepada ku ?".
Apakah itu dikantor, sekolah, atau dikehidupan sehari-hari.
Bukankah yang membedakan, antara seorang manager dengan karyawan biasa itu, pada wewenang dan tanggung jawab diembankan ?
Bagaimana bila anda mendapat jabatan sebagai Marketing Director, namun tugas tangungg jawab anda sama seperti manager junior.
Apakah anda bangga menduduki jabatan tersebut ?
Saudara, prestasi anda bukan dilihat dari seberapa besar hasil yang anda ciptakan.
Akan tetapi prestasi yang patut di banggakan adalah PENCAPAIN BERBEDA DARI KEMARIN.
Teruslah MENGAKTUALKAN DIRI anda,
galilah terus setiap KELEBIHAN, keahlian dan skill anda.
Carilah teman dekat anda, tanyakan kepadanya
" Apa KELEBIHAN yang aku miliki belum aku OPTIMALKAN ?"
tanyakan juga
" Apa KELEMAHAN yang aku punya, harus aku perbaharui ?"
dan berusahalah menemukan, bagaimana cara anda MENGAKTULISASIKAN DIRI ?
"Jika hari ini lebih baik dari kemarin, maka kita termasuk orang beruntung"
"Jika hari ini sama dengan hari kemarin , maka kita termasuk orang merugi" dan
" JIka hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka kita tergolong orang celaka"
www.trainer-tcc.blogspot.com
Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir...
semangat pagi kawan... semoga tetap semangat seperti saat pagi,
kali ini kita akan belajar tentang tujuan hidup.
Pasar malam dibuka di sebuah kota . Penduduk menyambutnya dengan gembira.
Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan.
Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.
Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang.
Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco.
Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya.
Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton :
"Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung.
Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk...
tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil.
Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata :
"Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba.
"Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung."
Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas.
Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu.
Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini.
Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya.
Semakin banyak penonton yang menertawakannya.
Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi.
Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah,
demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain.
Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!"
setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya,
"Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali.
Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan,
tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku.
Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu,
engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun.
Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu.
Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".
Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir.
Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan.
Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku.
Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering,
walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering.
Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku.
Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.
"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya",
demikian kata seorang bijak.
Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu
karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut. (Bits & Pieces, The Economics Press)
untuk melakukan sesuatu diperlukan tujuan yang jelas, apa tujuan anda dalam hidup..?
maka hal luar biasa akan muncul untuk mengiringi langkah anda dari tuhan.
kali ini kita akan belajar tentang tujuan hidup.
Pasar malam dibuka di sebuah kota . Penduduk menyambutnya dengan gembira.
Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan.
Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.
Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang.
Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco.
Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya.
Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton :
"Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung.
Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk...
tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil.
Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata :
"Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba.
"Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung."
Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas.
Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu.
Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini.
Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya.
Semakin banyak penonton yang menertawakannya.
Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi.
Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah,
demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain.
Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!"
setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya,
"Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali.
Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan,
tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku.
Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu,
engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun.
Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu.
Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".
Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir.
Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan.
Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku.
Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering,
walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering.
Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku.
Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.
"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya",
demikian kata seorang bijak.
Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu
karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut. (Bits & Pieces, The Economics Press)
untuk melakukan sesuatu diperlukan tujuan yang jelas, apa tujuan anda dalam hidup..?
maka hal luar biasa akan muncul untuk mengiringi langkah anda dari tuhan.
2 ekor tikus
semangat pagi shob... ini kisah tikus yang ulet dan pantang menyerah,
semoga menginspirasi kita semua...
Di dalam got yang gelap hiduplah dua ekor tikus yang saling bersaudara.
Suatu saat kedua ekor tikus ini melihat sebuah roti keju dari lubang sebuah selokan.
Tikus-tikus ini ingin sekali memakannya tetapi sayang lubang selokan itu tertutup oleh jeruji besi yang sangat kuat.
Kedua tikus ini berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan jeruji besi itu dengan gigi-gigi mereka yang tajam
tetapi gigi mereka mulai rusak karena jeruji besi itu terlalu keras bagi gigi mereka yang kecil.
Kedua ekor tikus ini kecapaian, dan butuh istirahat.
Tikus pertama berkata dalam hatinya: "Aku tidak akan menyerah,
setelah ini aku akan menghancurkan jeruji besi itu dengan sekuat tenagaku.
Pantang menyerah adalah pangkal dari keberhasilan !"
Tikus kedua termenung dan berpikir : " Aku akan kehilangan semua gigiku jika aku nekat menggigiti jeruji itu.
Ada baiknya kalau aku mengambil jalan lain saja untuk mendapatkan roti keju itu."
Setelah beristirahat sejenak,
tikus pertama mulai menggigiti lagi jeruji besi itu dengan sekuat tenaga sedangkan tikus kedua mundur diri dari usahanya.
Melihat tikus kedua mundur diri tikus pertama mulai mengejek saudaranya itu katanya :
"Kamu itu sifatnya mudah menyerah dan tidak ulet bekerja,
mana mungkin kamu bias berhasil dalam kehidupanmu?"
Tikus kedua tidak mempedulikan ejekan saudaranya,
dia mundur mencari jalan lain ke tempat roti keju itu.
Akhirnya tikus kedua berhasil memperoleh jalan ke tempat roti keju itu
sedangkan tikus pertama kelelahan dan hancur giginya karena menggigiti jeruji besi itu.
Hendaklah kita memakai kejelian dan kecerdasan kita untuk memecahkan masalah kita
dan bukan hanya mengandalkan keuletan dan kerajinan kita untuk bekerja.
Pantang menyerah cukup baik,
tetapi jika tanpa kecerdasan semuanya sia-sia, maka pakailah kecerdasan kita.
semoga menginspirasi kita semua...
Di dalam got yang gelap hiduplah dua ekor tikus yang saling bersaudara.
Suatu saat kedua ekor tikus ini melihat sebuah roti keju dari lubang sebuah selokan.
Tikus-tikus ini ingin sekali memakannya tetapi sayang lubang selokan itu tertutup oleh jeruji besi yang sangat kuat.
Kedua tikus ini berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan jeruji besi itu dengan gigi-gigi mereka yang tajam
tetapi gigi mereka mulai rusak karena jeruji besi itu terlalu keras bagi gigi mereka yang kecil.
Kedua ekor tikus ini kecapaian, dan butuh istirahat.
Tikus pertama berkata dalam hatinya: "Aku tidak akan menyerah,
setelah ini aku akan menghancurkan jeruji besi itu dengan sekuat tenagaku.
Pantang menyerah adalah pangkal dari keberhasilan !"
Tikus kedua termenung dan berpikir : " Aku akan kehilangan semua gigiku jika aku nekat menggigiti jeruji itu.
Ada baiknya kalau aku mengambil jalan lain saja untuk mendapatkan roti keju itu."
Setelah beristirahat sejenak,
tikus pertama mulai menggigiti lagi jeruji besi itu dengan sekuat tenaga sedangkan tikus kedua mundur diri dari usahanya.
Melihat tikus kedua mundur diri tikus pertama mulai mengejek saudaranya itu katanya :
"Kamu itu sifatnya mudah menyerah dan tidak ulet bekerja,
mana mungkin kamu bias berhasil dalam kehidupanmu?"
Tikus kedua tidak mempedulikan ejekan saudaranya,
dia mundur mencari jalan lain ke tempat roti keju itu.
Akhirnya tikus kedua berhasil memperoleh jalan ke tempat roti keju itu
sedangkan tikus pertama kelelahan dan hancur giginya karena menggigiti jeruji besi itu.
Hendaklah kita memakai kejelian dan kecerdasan kita untuk memecahkan masalah kita
dan bukan hanya mengandalkan keuletan dan kerajinan kita untuk bekerja.
Pantang menyerah cukup baik,
tetapi jika tanpa kecerdasan semuanya sia-sia, maka pakailah kecerdasan kita.
Selasa, 14 Desember 2010
tentang murah hati
Seorang anak lelaki miskin. Ia sangat lapar,tapi tak punya uang. Anak itu memutuskan mengetuk pintu sebuah rumah untuk meminta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya meminta segelas air.
Gadis itu tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu.
Berapa harga segelas susu ini? " tanya anak lelaki ini "
Ibu mengajarkan kami, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami. " jawab si gadis muda itu "
Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam. ! " balas anak lelaki "
Sekian tahun berlalu.. Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa dan mengalami sakit kronis..
Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Ia dibawa ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis.
Dokter Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.
Pada saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh dimata dokter tersebut.
Bergegas ia turun dari kantornya di lantai atas menuju kamar wanita tersebut.
Dalam balutan baju putih kedokterannya, ia langsung mengenali wanita itu.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu bisa disembuhkan.
Wanita itu menerima amplop tagihan RS dalam ketakutan. Ia tak akan mampu membayar,
meski dicicil seumur hidup. Dengan tangan bergetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan dipojok atas tagihan...
"Telah dibayar lunas dengan segelas susu"
dr. Howard Kelly.
Note :
dr. Howard Kelly?
adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut.
disadur dari buku pengalaman dr. Howard Kelly dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania.
Gadis itu tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu.
Berapa harga segelas susu ini? " tanya anak lelaki ini "
Ibu mengajarkan kami, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami. " jawab si gadis muda itu "
Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam. ! " balas anak lelaki "
Sekian tahun berlalu.. Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa dan mengalami sakit kronis..
Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Ia dibawa ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis.
Dokter Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.
Pada saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh dimata dokter tersebut.
Bergegas ia turun dari kantornya di lantai atas menuju kamar wanita tersebut.
Dalam balutan baju putih kedokterannya, ia langsung mengenali wanita itu.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu bisa disembuhkan.
Wanita itu menerima amplop tagihan RS dalam ketakutan. Ia tak akan mampu membayar,
meski dicicil seumur hidup. Dengan tangan bergetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan dipojok atas tagihan...
"Telah dibayar lunas dengan segelas susu"
dr. Howard Kelly.
Note :
dr. Howard Kelly?
adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut.
disadur dari buku pengalaman dr. Howard Kelly dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania.
Jumat, 10 Desember 2010
2 Buah benih
cerita ini pernah gw baca entah dimana... gw coba nyari ternyata kaga ketemu lagi. jadi gw ceritain seinget ge aja yah
Pada suatu hari terdapat 2 benih terjatuh disuatu hutan belantara. Tanpa pikir panjang benih pertama mengikrarkan: "Aku akan menumbuhkan akar-akarku. Aku akan menancapkanya ke tanah hingga batangku bisa berdiri kokoh. Aku tidak mau hidup dibawah bayang2 pohon lain maka aku akan tumbuh dengan batang yg tinggi. Sehingga aku bisa menjadi salah satu atap tertinggi dari hutan ini. Aku harus memiliki Batang yg kokoh agar bisa menopang daun-daunku yg banyak. Sehingga aku bisa menjadi pohon terimbun di hutan ini." Maka tumbuhlah benih itu dan mencapai cita2nya
Sedangkan benih yg Kedua berkata "Hei, janganlah naif!! Sebentar lagi musim dingin. Pasti akan susah untuk menancapkan akarku ke tanah. Apalagi membuat batangku kokoh, sebelum kokoh aku bisa patah diterpa angin kencang. Dan tidak mungkin aku bisa menumbuhkan daun yg banyak, baru tumbuh sedikit daunku pasti jadi santapan segala hewan di hutan ini. Wah!!! klo begini aku tumbuh kalau sudah aman saja...."
Lalu datanglah burung dan memakan benih yg kedua....
Jadi sodara2 mao jadi benih yg mana?
Pada suatu hari terdapat 2 benih terjatuh disuatu hutan belantara. Tanpa pikir panjang benih pertama mengikrarkan: "Aku akan menumbuhkan akar-akarku. Aku akan menancapkanya ke tanah hingga batangku bisa berdiri kokoh. Aku tidak mau hidup dibawah bayang2 pohon lain maka aku akan tumbuh dengan batang yg tinggi. Sehingga aku bisa menjadi salah satu atap tertinggi dari hutan ini. Aku harus memiliki Batang yg kokoh agar bisa menopang daun-daunku yg banyak. Sehingga aku bisa menjadi pohon terimbun di hutan ini." Maka tumbuhlah benih itu dan mencapai cita2nya
Sedangkan benih yg Kedua berkata "Hei, janganlah naif!! Sebentar lagi musim dingin. Pasti akan susah untuk menancapkan akarku ke tanah. Apalagi membuat batangku kokoh, sebelum kokoh aku bisa patah diterpa angin kencang. Dan tidak mungkin aku bisa menumbuhkan daun yg banyak, baru tumbuh sedikit daunku pasti jadi santapan segala hewan di hutan ini. Wah!!! klo begini aku tumbuh kalau sudah aman saja...."
Lalu datanglah burung dan memakan benih yg kedua....
Jadi sodara2 mao jadi benih yg mana?
Label: CERITA INSPIRASI, TOP KREATIF
Selasa, 07 Desember 2010
Tukang Roti dan Petani
Seorang tukang roti di sebuah desa kecil membeli satu kilogram mentega dari seorang petani. Ia curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram. Beberapa kali ia menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu tidak penuh satu kilogram. Yakinlah ia, bahwa petani itu telah melakukan kecurangan. Ia melaporkan pada hakim, dan petani itu dimajukan ke sidang pengadilan.
Pada saat sidang, hakim berkata pada petani, "Tentu kau mempunyai timbangan?"
"Tidak, tuan hakim," jawab petani.
"Lalu, bagaimana kau bisa menimbang mentega yang kau jual itu?" tanya hakim.
Petani itu menjawab, "Ah, itu mudah sekali dijelaskan, tuan hakim. Untuk menimbang mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu."
Smiley...! Cukup banyak contoh, kekesalan kita pada orang lain berasal dari sikap kita sendiri pada orang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)